Pengertian Kata Tidak Baku: Bentuk kata yang belum sesuai kaidah – Dalam percakapan sehari-hari, sering kali kita mendengar atau menggunakan kata-kata yang terasa berbeda dari yang kita pelajari di sekolah. Kata-kata ini, meskipun umum digunakan, ternyata memiliki status yang berbeda dalam tata bahasa Indonesia. Mereka inilah yang kemudian dikenal sebagai kata tidak baku.
Kata tidak baku bukanlah sekadar kesalahan pengucapan atau penulisan. Lebih dari itu, ia mencerminkan variasi bahasa yang hidup dan berkembang di masyarakat. Penggunaannya sering dipengaruhi oleh faktor daerah, tingkat pendidikan, atau bahkan gaya bahasa personal. Kehadirannya menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika berbahasa kita.

Namun, penting untuk dipahami bahwa penggunaan kata tidak baku memiliki konteksnya sendiri. Dalam situasi formal, seperti penulisan karya ilmiah atau surat resmi, penggunaan kata baku tetap menjadi prioritas. Pemahaman yang baik tentang perbedaan ini akan membantu kita berkomunikasi secara efektif dan tepat sasaran.
Dengan demikian, mari kita telaah lebih dalam mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan kata tidak baku, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta bagaimana membedakannya dari kata baku. Pemahaman ini akan memperkaya wawasan kita tentang kekayaan dan kompleksitas bahasa Indonesia.
Memahami Esensi Kata Tidak Baku
Definisi Kata Tidak Baku Secara Umum
Kata tidak baku adalah bentuk kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditetapkan. Kaidah ini meliputi ejaan, tata bahasa, dan peristilahan yang dibakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Penggunaan kata tidak baku sering ditemukan dalam percakapan sehari-hari atau tulisan informal. Hal ini berbeda dengan kata baku yang digunakan dalam situasi formal seperti surat resmi atau karya ilmiah.
Kata tidak baku muncul karena berbagai faktor, seperti pengaruh bahasa daerah, bahasa asing, atau perkembangan slang. Selain itu, ketidaktahuan masyarakat terhadap bentuk baku suatu kata juga menjadi penyebabnya. Akibatnya, seringkali terjadi variasi dalam pengucapan dan penulisan sebuah kata. Identifikasi kata tidak baku penting untuk menjaga kemurnian dan kejelasan bahasa.
Kata tidak baku memiliki ciri khas tersendiri, yaitu tidak mengikuti aturan yang berlaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Biasanya, kata ini memiliki bentuk yang berbeda dari kata bakunya, baik dalam ejaan maupun pelafalan. Contoh sederhana adalah kata “nggak” yang merupakan bentuk tidak baku dari “tidak”. Penggunaan kata tidak baku dapat mempengaruhi tingkat formalitas suatu komunikasi.
Asal Usul Kemunculan Kata Tidak Baku
Kemunculan kata tidak baku sejalan dengan perkembangan bahasa yang dinamis. Bahasa terus berubah dan beradaptasi dengan kebutuhan komunikasi masyarakat. Pengaruh dari berbagai sumber, seperti bahasa daerah dan bahasa asing, turut memperkaya kosakata. Namun, tidak semua kosakata baru atau variasi kata langsung diakui sebagai bentuk baku.
Proses pembakuan bahasa memerlukan waktu dan kajian yang mendalam. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa memiliki peran penting dalam menentukan standar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pembakuan dilakukan melalui berbagai tahapan, termasuk pengumpulan data, analisis linguistik, dan sosialisasi kepada masyarakat. Dengan demikian, kata tidak baku seringkali muncul sebelum proses pembakuan selesai.
Kata Tidak Baku dalam Tinjauan Linguistik
Pengantar Pendapat Para Linguis
Berikut adalah definisi ‘Pengertian Kata Tidak Baku’ dari berbagai ahli di bidang Linguistik dan Bahasa Indonesia. Setiap ahli memberikan perspektif yang berbeda namun saling melengkapi. Definisi-definisi ini membantu memahami konsep secara menyeluruh. Mari kita telaah pandangan dari masing-masing pakar. Pemahaman dari berbagai sudut pandang ini akan memperkaya wawasan kita. Untuk memahami lebih lanjut tentang konsep ini, Pengertian Gerak Perpindahan adalah langkah awal yang penting
- Harimurti Kridalaksana (1983): Kata tidak baku adalah varian kata yang penggunaannya menyimpang dari norma atau standar bahasa yang telah ditetapkan. Penyimpangan ini bisa berupa perbedaan ejaan, pelafalan, atau struktur morfologi. Kridalaksana menekankan pentingnya pemahaman norma bahasa untuk menghindari penggunaan kata tidak baku. Standar bahasa menjadi acuan dalam menilai kebakuan suatu kata.
- Anton M. Moeliono (1988): Kata tidak baku merupakan bentuk kata yang belum mengalami kodifikasi atau pembakuan oleh lembaga yang berwenang. Moeliono menyoroti peran lembaga bahasa dalam proses standarisasi. Sebuah kata baru dapat dianggap baku setelah melalui proses kajian dan pengesahan. Kodifikasi ini penting untuk menciptakan keseragaman dalam penggunaan bahasa.
- Sugono Dendy (2009): Kata tidak baku adalah bentuk kata yang lazim digunakan dalam percakapan informal atau ragam bahasa non-formal. Sugono menekankan konteks penggunaan bahasa sebagai faktor penentu kebakuan. Dalam situasi santai, penggunaan kata tidak baku dapat diterima bahkan dianggap wajar. Namun, dalam situasi formal, penggunaan kata baku sangat dianjurkan.
- Alwi Hasan (2003): Kata tidak baku adalah bentuk bahasa yang belum diakui secara resmi dalam tata bahasa baku dan kamus resmi. Alwi menekankan aspek pengakuan resmi sebagai penentu utama kebakuan. Sebuah kata bisa saja populer digunakan, tetapi jika belum masuk dalam kamus, maka statusnya tetap tidak baku. Proses masuknya sebuah kata dalam kamus membutuhkan pertimbangan linguistik yang matang.
Analisis Komparatif Definisi Ahli
Persamaan dalam definisi para ahli terletak pada penekanan terhadap standar atau norma bahasa. Semua ahli sepakat bahwa kata tidak baku adalah kata yang menyimpang dari standar yang telah ditetapkan. Standar ini bisa berupa aturan ejaan, tata bahasa, atau pengakuan resmi oleh lembaga bahasa. Kesepakatan ini menunjukkan pentingnya acuan baku dalam berbahasa Indonesia.
Perbedaan pandangan terletak pada penekanan aspek yang berbeda dalam menentukan kebakuan. Ada yang menekankan kodifikasi oleh lembaga bahasa, ada yang menyoroti konteks penggunaan, dan ada pula yang fokus pada pengakuan resmi dalam kamus. Perbedaan ini justru memperkaya pemahaman kita tentang kata tidak baku. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek, kita dapat lebih bijak dalam menggunakan bahasa. Memahami secara mendalam Pengertian Usaha Aktivitas akan membantu kita mengelola bisnis dengan lebih efektif
Karakteristik yang Melekat pada Kata Tidak Baku
Ciri-Ciri yang Menonjol
Karakteristik utama dari kata tidak baku terletak pada ketidaksesuaiannya dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku. Ciri-ciri ini membedakannya dari kata baku yang mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Pemahaman karakteristik ini penting untuk menghindari kesalahan dalam penggunaan bahasa. Setiap karakteristik memiliki peran dalam membedakan kata tidak baku dari kata baku.
- Penyimpangan Ejaan: Kata tidak baku seringkali memiliki ejaan yang berbeda dari kata bakunya. Perbedaan ini bisa berupa penambahan, pengurangan, atau perubahan huruf. Misalnya, kata “apotik” (tidak baku) seharusnya ditulis “apotek” (baku). Penyimpangan ejaan ini seringkali disebabkan oleh pengaruh pelafalan atau kebiasaan menulis yang salah.
- Pengaruh Bahasa Daerah: Banyak kata tidak baku yang berasal dari bahasa daerah. Kata-kata ini kemudian digunakan dalam percakapan sehari-hari di kalangan masyarakat luas. Contohnya, kata “ora” (tidak) dalam bahasa Jawa sering digunakan dalam percakapan informal. Pengaruh bahasa daerah memperkaya kosakata, namun perlu disaring agar tidak mengganggu kebakuan bahasa.
- Penggunaan Slang: Slang merupakan bahasa gaul yang populer di kalangan remaja atau kelompok tertentu. Slang seringkali menciptakan kata-kata baru atau mengubah makna kata yang sudah ada. Contohnya, kata “mager” (malas gerak) yang populer di kalangan anak muda. Slang bersifat dinamis dan terus berkembang, sehingga jarang masuk dalam kategori kata baku.
- Ketidaktahuan: Ketidaktahuan masyarakat terhadap bentuk baku suatu kata juga menjadi penyebab munculnya kata tidak baku. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya pendidikan atau informasi yang tidak akurat. Misalnya, banyak orang yang masih menulis “kwitansi” padahal bentuk bakunya adalah “kuitansi”. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan tentang bahasa baku sangat penting untuk mengatasi masalah ini.
Karakteristik Berdasarkan Konteks Penggunaan
Kata tidak baku sering digunakan dalam konteks informal, seperti percakapan sehari-hari dengan teman atau keluarga. Dalam situasi ini, penggunaan kata tidak baku dianggap wajar dan tidak melanggar etika berbahasa. Namun, dalam konteks formal, seperti surat resmi atau presentasi ilmiah, penggunaan kata baku sangat dianjurkan. Konteks penggunaan sangat mempengaruhi kebakuan suatu kata.
Perbedaan Kata Tidak Baku dengan Bentuk Baku
Perbedaan mendasar antara kata tidak baku dan kata baku terletak pada standar yang digunakan. Kata baku mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Sedangkan, kata tidak baku menyimpang dari standar tersebut. Perbedaan ini mencakup aspek ejaan, pelafalan, dan tata bahasa. Pemahaman standar bahasa sangat penting untuk membedakan keduanya.
Pembagian Kata Tidak Baku Berdasarkan Penyebab
Pengelompokan Berdasarkan Faktor Kesalahan Umum
Kata tidak baku dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, yang membantu kita memahami mengapa kata tersebut muncul. Pengelompokan ini membantu memahami variasi dan aplikasinya. Setiap jenis memiliki karakteristik dan fungsi yang spesifik. Klasifikasi ini penting untuk pemilihan yang tepat sesuai kebutuhan. Pemahaman tentang berbagai jenis akan memudahkan implementasi.
- Salah Eja:
Jenis ini terjadi ketika ejaan sebuah kata tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar. Kesalahan ejaan bisa berupa penambahan, pengurangan, atau penggantian huruf. Contohnya, “praktek” (tidak baku) seharusnya “praktik” (baku). Kesalahan ini seringkali disebabkan oleh kurangnya ketelitian atau ketidaktahuan tentang ejaan yang benar.
- Salah Lafal:
Jenis ini terjadi ketika pelafalan sebuah kata tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Pelafalan yang salah bisa mempengaruhi ejaan dan makna kata tersebut. Contohnya, “Februari” sering dilafalkan “Pebruari” (tidak baku). Pelafalan yang benar penting untuk menghindari kesalahpahaman.
- Pengaruh Bahasa Asing:
Jenis ini terjadi ketika kata dari bahasa asing diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia tanpa mengikuti kaidah yang benar. Adaptasi yang tidak tepat bisa menghasilkan kata yang tidak baku. Contohnya, “download” sering ditulis “donlot” (tidak baku). Proses adaptasi bahasa asing perlu dilakukan dengan hati-hati.
Kategorisasi Berdasarkan Pengaruh Dialek
Selain faktor kesalahan umum, kata tidak baku juga dapat diklasifikasikan berdasarkan pengaruh dialek atau bahasa daerah. Dialek memiliki kosakata dan pelafalan yang berbeda dari bahasa Indonesia baku. Penggunaan dialek dalam situasi formal dapat dianggap sebagai kata tidak baku. Pemahaman tentang dialek penting untuk menghargai keberagaman bahasa.
Peran Kata Tidak Baku dalam Komunikasi
Fungsi Informal dalam Percakapan Sehari-hari
Fungsi utama dari kata tidak baku adalah sebagai alat komunikasi informal dalam percakapan sehari-hari. Penggunaan kata tidak baku sangat penting dalam berbagai konteks aplikasi. Setiap fungsi memiliki mekanisme kerja yang spesifik. Pemahaman fungsi ini krusial untuk optimalisasi penggunaan. Fungsi-fungsi ini saling mendukung untuk mencapai tujuan. Untuk memahami lebih lanjut tentang konsep ini, Pengertian Gaya Dorongan akan membantu kita memperjelas fondasi fisika di baliknya
- Menciptakan Keakraban: Penggunaan kata tidak baku dapat menciptakan suasana yang lebih santai dan akrab dalam percakapan. Kata-kata informal sering digunakan untuk menunjukkan kedekatan emosional. Misalnya, penggunaan sapaan “bro” atau “sis” di kalangan teman. Keakraban dapat memperlancar komunikasi dan membangun hubungan yang baik.
- Memudahkan Ekspresi: Kata tidak baku seringkali lebih mudah diucapkan dan diingat daripada kata baku. Hal ini memudahkan seseorang untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara spontan. Misalnya, penggunaan kata “santuy” (santai) lebih praktis daripada “bersantai”. Kemudahan ekspresi dapat meningkatkan efektivitas komunikasi.
- Menunjukkan Identitas: Penggunaan kata tidak baku tertentu dapat menunjukkan identitas kelompok atau komunitas tertentu. Slang dan bahasa gaul sering digunakan sebagai kode identifikasi di kalangan anak muda. Misalnya, penggunaan kata “anjay” yang populer di kalangan netizen. Identitas kelompok dapat memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas.
Manfaat dalam Menciptakan Keakraban
Manfaat utama penggunaan kata tidak baku adalah menciptakan suasana yang lebih santai dan akrab. Keuntungan langsung yang diperoleh dari penerapan. Dampak positif jangka pendek yang terlihat. Value yang diberikan kepada pengguna. Peningkatan yang terjadi dalam berbagai aspek.
Kata tidak baku membantu mengurangi kesan formal dan kaku dalam komunikasi. Keuntungan jangka panjang yang berkelanjutan. Transformasi yang dimungkinkan. Solusi yang ditawarkan untuk berbagai tantangan. Potensi pengembangan di masa depan.
Signifikansi dalam Perkembangan Bahasa
Kata tidak baku memiliki signifikansi dalam perkembangan bahasa karena dapat menjadi cikal bakal kata baku baru. Pengaruh terhadap sistem yang lebih besar. Kontribusi terhadap bidang terkait. Implikasi jangka panjang untuk pengembangan. Pentingnya dalam konteks modern dan masa depan.
Aplikasi Kata Tidak Baku dalam Berbagai Situasi
Contoh Penggunaan dalam Percakapan Santai
- Contoh 1: “Eh, bro, lagi ngapain nih? Santuy aja di rumah?” Dalam percakapan ini, kata “bro” dan “santuy” adalah contoh kata tidak baku yang menciptakan suasana akrab. Situasi nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Bagaimana konsep diterapkan dalam konteks ini. Hasil yang dicapai dari penerapan. Pembelajaran yang dapat diambil dari contoh ini.
- Contoh 2: “Gue mager banget nih, pengen rebahan aja seharian.” Kata “gue” dan “mager” adalah contoh slang yang umum digunakan dalam percakapan informal. Konteks aplikasi praktis yang berbeda. Proses implementasi yang dilakukan. Tantangan yang dihadapi dan cara mengatasinya. Solusi yang berhasil diterapkan.
- Contoh 3: “Anjay, keren banget penampilan lo hari ini!” Kata “anjay” adalah contoh slang yang digunakan untuk mengungkapkan kekaguman. Penggunaan dalam situasi khusus. Adaptasi sesuai kebutuhan spesifik. Manfaat yang terlihat dari penerapan. Tips praktis untuk implementasi serupa.
Analisis Penggunaan dalam Karya Sastra
Penggunaan Bahasa Gaul dalam Novel Remaja
Novel remaja seringkali menggunakan bahasa gaul atau kata tidak baku untuk menciptakan kesan realistis dan dekat dengan pembaca. Konteks situasi yang dihadapi organisasi atau individu. Masalah atau kebutuhan yang ada. Alasan pemilihan solusi berbasis konsep ini. Persiapan yang dilakukan sebelum implementasi.
Penggunaan kata tidak baku dalam dialog antar tokoh remaja dapat membuat cerita terasa lebih hidup dan relatable. Proses yang dilalui dari awal hingga akhir. Hasil yang dicapai dan dampaknya. Evaluasi keberhasilan berdasarkan indikator tertentu.
Penerapan dalam Media Sosial
Media sosial menjadi wadah yang subur bagi perkembangan dan penyebaran kata tidak baku. Langkah awal yang perlu dilakukan untuk memulai. Persiapan dan sumber daya yang diperlukan. Proses inti pelaksanaan yang harus diikuti. Monitoring dan evaluasi untuk memastikan keberhasilan.
Penggunaan hashtag dan meme yang menggunakan kata tidak baku dapat menjadi viral dan mempengaruhi tren bahasa di masyarakat. Hal penting yang perlu diperhatikan selama implementasi. Kesalahan umum yang harus dihindari. Faktor kunci kesuksesan berdasarkan pengalaman. Rekomendasi untuk optimalisasi hasil.
Simpulan
Kata tidak baku merupakan bentuk kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah distandarkan. Ketidaksesuaian ini bisa muncul akibat pengaruh bahasa daerah, bahasa asing, atau kesalahan pengucapan dan penulisan yang umum terjadi. Penggunaan kata tidak baku sering ditemukan dalam percakapan sehari-hari, media sosial, dan tulisan informal lainnya.
Pemahaman mengenai kata tidak baku penting untuk membedakannya dari kata baku yang digunakan dalam situasi formal. Penggunaan kata baku mencerminkan kepatuhan terhadap aturan bahasa dan meningkatkan kredibilitas sebuah tulisan atau komunikasi. Dengan mengenali kata tidak baku, kita dapat memperbaiki kemampuan berbahasa dan berkomunikasi secara efektif dalam berbagai konteks.
FAQ tentang Pengertian Kata Tidak Baku
Apa itu kata tidak baku dan bagaimana contohnya?
Kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditetapkan, umumnya oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata ini sering muncul dalam percakapan sehari-hari, media sosial, atau tulisan informal. Contohnya, kata “nggak” (tidak baku) sebagai pengganti “tidak” (baku), “bilang” (tidak baku) untuk “berkata” (baku), atau “apotik” (tidak baku) yang seharusnya “apotek” (baku). Penggunaan kata tidak baku dapat dipengaruhi oleh dialek regional, slang, atau kesalahan penulisan. Untuk pemahaman lebih lanjut mengenai topik ini, pengertian menurut wikipedia memberikan gambaran umum yang mudah diakses
.
Mengapa kata tidak baku sering digunakan?
Penggunaan kata tidak baku sangat umum karena beberapa alasan. Pertama, kemudahan dan kepraktisan dalam komunikasi informal. Kata tidak baku seringkali lebih pendek dan mudah diucapkan. Kedua, pengaruh dialek regional dan bahasa sehari-hari yang lebih santai. Ketiga, kurangnya kesadaran akan bentuk baku yang benar. Keempat, tren bahasa dan perkembangan slang di kalangan tertentu, terutama generasi muda. Kelima, keinginan untuk menciptakan kesan akrab dan tidak formal dalam percakapan.
Kapan sebaiknya menggunakan kata baku dan kapan menggunakan kata tidak baku?
Penggunaan kata baku sebaiknya diterapkan dalam situasi formal seperti surat resmi, laporan, presentasi, karya ilmiah, dan dokumen penting lainnya. Tujuannya adalah untuk menjaga kejelasan, ketepatan, dan kredibilitas informasi. Sementara itu, kata tidak baku lebih cocok digunakan dalam situasi informal seperti percakapan sehari-hari dengan teman, keluarga, atau media sosial. Penggunaan kata tidak baku dalam konteks ini dapat menciptakan keakraban dan suasana santai.
Bagaimana cara membedakan kata baku dan tidak baku?
Cara paling akurat untuk membedakan kata baku dan tidak baku adalah dengan merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI adalah sumber resmi yang memuat daftar kata baku dan definisinya. Selain itu, perhatikan kaidah tata bahasa yang berlaku. Kata baku umumnya memiliki struktur yang sesuai dengan aturan ejaan dan morfologi bahasa Indonesia. Jika ragu, Anda juga dapat mencari referensi dari sumber-sumber tepercaya seperti buku tata bahasa atau artikel ilmiah yang membahas bahasa Indonesia.
Apakah penggunaan kata tidak baku selalu salah?
Penggunaan kata tidak baku tidak selalu salah, tergantung pada konteksnya. Dalam situasi formal, penggunaan kata baku sangat dianjurkan untuk menjaga profesionalitas dan kejelasan. Namun, dalam percakapan informal, penggunaan kata tidak baku seringkali dapat diterima dan bahkan diharapkan untuk menciptakan suasana yang lebih santai dan akrab. Yang terpenting adalah memahami audiens dan tujuan komunikasi Anda. Pertimbangkan apakah penggunaan kata tidak baku akan mengganggu pemahaman atau justru mempererat hubungan dengan lawan bicara.